Lelaki Harapan Dunia menampilkan betapa mudahnya masyarakat memilih mitos sebagai jalan pintas dalam menjelaskan kejanggalan di sekitarnya, serta bagaimana mereka mewujudkan tafsirnya menjadi sekat-sekat budaya patriarki. Cerai berainya fakta serta abainya warga terhadap penjelasan logis, merupakan kritik tajam Lelaki Harapan Dunia terhadap pola pikir kolot yang masih beredar di masyarakat Melayu.
Cai Lan Gong rasanya ingin memangkas jarak antara manusia dan dunia supranatural—bahwasanya, di Indonesia, kita sesungguhnya menjadikan dunia mistis sebagai keseharian kita, bahkan bagian dari leluhur kita. Dalam Cai Lan Gong, kita jarang menemukan hantu-hantu yang menyeramkan.
The Flower and the Bee karya Monica Vanesa Tedja membaca isu pendidikan seks di Indonesia, dari kacamata seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun. Isu ini dihadirkan secara ironis. Anak-anak tidak dibukakan pengetahuan tentang seksualitas manusia, tapi di sisi lain diharuskan tahu seksualitas dalam konteks yang berbeda.
Kisah cinta Martha, Ning, dan Erik memang asu. Tapi tak lantas membuat film ini jadi melodrama yang lesu. Kisah Cinta yang Asu karya Yosep Anggi Noen berhasil menggoyang kemapanan maskulinitas dengan menggunakan simbol-simbol maskulin itu sendiri.