Penjelajahan akan makna kelamin dalam Prenjak terhitung langka dalam film-film Indonesia—yang umumnya masih mengeksploitasi, ataupun takut setengah mati untuk menampilkan, penis dan vagina.
Penuturan individu-melawan-dunia model Amarta sudah tak lagi selaras zaman. Terlebih lagi ketika isu hak warga atas air beberapa tahun ini menjadi isu yang kian mendesak.
Mampukah humor menyampaikan ide dan pesan film, yang notabene berisi protes akan ketimpangan, kepada penonton? Mungkinkah ia menjadi alat perubahan sosial?
Pada satu sisi, realita manasuka Another Trip to the Moon memungkinkan penjelajahan estetis seliar-liarnya. Dunia sendiri, logikanya so pasti beda lagi. Pada sisi lain, realita manasuka Another Trip to the Moon menjadikan gagasan dalam film ini ikutan terserak. Kecuali sketsa generik tentang perwujudan diri yang dilalui Asa, tak ada gagasan yang benar-benar ditekankan dalam film ini.
Dalam keriuhan upaya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi yang seakan tak kunjung surut, kita sebagai anak bangsa tak pantas mengabaikan bahaya laten korupsi. Lasja Fauzia Susatyo mencoba menyibakkan gejala korupsi yang mewabah di negeri ini. Ada dua film bertema antikorupsi yang ia telah sutradarai: Aku Padamu (2012) dan Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014).
Boyhood seakan mencoba menembus jarak antara cinematic life dan real life. Jarak tersebut ditempuh oleh kendaraan bernama Mason, yang menyaksikan sekaligus berada di momen-momen kehidupan yang lalu-lalang. Ia melewati masa-masa bermain gameboy, hingga video game, dan melihat foto porno di majalah, hingga di internet. Di lingkup yang lebih personal, ia menghadapi pergantian ayah, sekolah, dan teman.
Gone Girl dengan tegas menyindir pola perilaku negatif media massa, berikut dampak bagi pemirsanya. Fenomena ini dirangkum lewat kata-kata Nick, usai ia berhasil menjaring simpati penonton di acara talkshow lain, "They disliked me, they liked me. They hated me, and now they love me." Citra baik ialah harga mati.