Goodbye Solo: Brokeback Mountain? Taste of Cherry? Ah, Goodbye Solo!

goodbye-solo_highlight

Di Winston-Salem, Carolina. Hiduplah seorang imigran kelahiran Dakar, Senegal. Souleymane Diop namanya. Kawan-kawan biasa memanggilnya Solo. Solo bekerja sebagai supir taksi, ia berhasrat menjadi menjadi seorang pramugara dengan mengandalkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris, Perancis, sedikit Spanyol, Wolof, dan belasan bahasa asli Afrika lainnya. Solo menikah dengan janda satu anak, Quiera yang juga imigran dari Amerika Latin. Putri Queira sangat lucu, Alex namanya. Solo adalah lelaki yang sangat tulus dalam membantu sesama.

Suatu malam, Solo mendapat penumpang yang ingin diantarkan ke Blowing Rock, sebuah puncak bukit yang berangin kencang. Solo iseng bertanya, “Ada maksud apa gerangan sang penumpang ini kesana?” Sang penumpang tidak menjawab, ia kelihatan ragu untuk melanjutkan perjalanannya ke Blowing Rock mengingat hari sudah tengah malam. Solo mengajak penumpang ini untuk menginap dirumahnya saja. Sang penumpang memperkenalkan diri, namanya William.

William ingin diantarkan lagi ke Blowing Rock. Tapi Solo menangkap sinyal bahwa William kesana tidak atas maksud baik, ia ingin bunuh diri. Akhirnya William memutuskan pergi dari rumah Solo dan menginap sementara di Motel. Diwaktu yang bersamaan, Solo dan Quiera terlibat pertengkaran dan Solo diusir dari rumah. Solo akhirnya memohon pada William agar ia bisa tinggal beberapa saat di Motelnya.

Yang mengganggu adalah, Solo sangat peduli pada William lebih dari kepedulian seorang sopir taksi pada penumpangnya, lebih dari perhatian seorang kawan pada temannya. Saya mulai merasa geli. Jangan-jangan Goodbye Solo adalah kisah Brokeback Mountain yang diceritakan dengan cara Taste of Cherry. Memang sih, tak ada kepastian bahwa Goodbye Solo adalah film seperti itu. Tapi bukankah Ramin Bahrani, sang sutradara memang gemar mengangkat isu sensitif dengan cara yang sangat halus. Dalam Chop Shop (2007) ia berusaha mengetengahkan kemiskinan dengan menekan unsur eksploitasi serendah mungkin. Bahrani mengangkat isu eksploitasi lingkungan dalam film pendeknya, Plastic Bag (2009), justru lewat treatment melodrama dan tanpa tendensi eksploitatis sama sekali.

Goodbye Solo mungkin bukan drama homoseksual, mungkin ia (hanya) drama tentang persahabatan dan joy of life yang keluar dari karakter Solo, seorang yang selalu peduli dengan disekitarnya, ceria serta  murah senyum. Ironi dan penyesalan yang dipancarkan oleh William, lelaki tua yang seperti tak ikhlas dengan apa saja. Kebercabangan penafsiran disebabkan oleh realisme yang dijunjung tinggi oleh Goodbye Solo, tak ada isu yang keluar dari dialog literal. Semuanya tampak dari gestur dan nature para karakter sendiri.

Film ini dekat dengan para kreatornya, ia mengambil setting di Winston-Salem karena Bahrani memang tumbuh disana dan ia kenal baik dengan tempat itu. Souleymane Sy Savane yang memerankan Solo, meskipun adalah orang Pantai Gading, tetap bisa memerankan  karakternya seolah-olah Souleymane dalam Film adalah Souleymane yang seumur hidup mengikut dalam dirinya, ikut bermimpi jadi pramugara, ikut menikah dengan wanita Meksiko, ikut mengemudi taksi sebagai mata pencahariannya. Alih-alih mengamati kegiatan Solo sehari-hari, sebaiknya kita lebih cermat mengamati bagaimana Solo dan lingkungannya bahu-membahu untuk berubah, sebab disitulah setiap orang bisa melihat bahwa Solo telah berusaha keras secara mengharukan.

Goodbye Solo jelas bukan sekedar film numpang lewat, ia masuk dalam Official Selection di Venice Film Festival 2009 dan juga di Toronto. Kritikus Eric Armstrong dari The Moving Arts Journal bahkan menempatkan Goodbye Solo diurutan ke lima teratas film terbaik dekade 2000-2009. Sesuatu yang sebenarnya tetap cair dan patut diulik lebih lanjut.

Goodbye Solo | 2008 | Sutradara: Ramin Bahrani | Negara: Amerika Serikat | Pemain:  Souleymane Sy Savane, Red West, Diana Franco Galindo, Lane ‘Roc’ Williams,  Mamadou Lam