Gone Girl dengan tegas menyindir pola perilaku negatif media massa, berikut dampak bagi pemirsanya. Fenomena ini dirangkum lewat kata-kata Nick, usai ia berhasil menjaring simpati penonton di acara talkshow lain, "They disliked me, they liked me. They hated me, and now they love me." Citra baik ialah harga mati.
Pendekar Tongkat Emas mengusung silat dengan tongkat, sebuah teknik kelahi yang khas. Film ini juga menampilkan pertarungan di beragam tempat—di bukit-bukit, gelanggang, tengah hutan. Sayangnya, karena gerakan kamera yang mengurung mata dengan medium shot dan close up, seluruh pertarungan terasa terlalu sama.
Semesta film Yang Ketu7uh terbagi ke dalam kontras antara ibukota dan non-ibukota; kemeriahan eksklusif ‘pesta demokrasi’ dan pergulatan hidup empat narasumber. Secara superfisial pula, dua semesta ini tampak hanya bersinggungan sekali setiap lima tahun, tepatnya pada momentum pemilu. Di luar itu, mungkin putus hubungan dulu, karena kedua semesta seperti berdiri sendiri-sendiri.
Tidak seperti road movie kebanyakan, “perjalanan” Toilet Blues tidak ditandai oleh perpindahan latar ruang dan waktu secara fisik. Memang benar Anggalih dan Anjani melakukan perjalanan secara harfiah: naik kereta, menumpang truk barang, menyusuri rel, menerabas hutan, nyemplung ke danau, berhenti untuk makan, lanjut bergerak, dan seterusnya. Namun, mengikuti jejak Toilet Blues dengan hanya mencermati hal-hal tadi dikhawatirkan akan berujung pada jalan buntu (jika bukan nyasar).
Penuturan Jalanan tidak mereproduksi formula film dokumenter yang umum menyoroti kehidupan masyarakat marjinal. Sering kita jumpai varian dokumenter ataupun reality show televisi yang justru mengkomodifikasikan kemiskinan kaum marjinal seperti acara televisi Jika Aku Menjadi atau Tukar Nasib. Jalanan jauh dari eksploitasi karakter yang berakhir pada perkara fulus. Boni, Ho, dan Titi tidak nampak mengeluhkan profesi mereka sebagai pengamen jalanan.
Sebagai film komedi plusplus, Rocket Rain relatif berhasil. Humor-humor 'gelap' timbul tenggelam secara konsisten sepanjang film. Namun tetap relatif, karena latar belakang audiens tentu memiliki pengaruh yang signifikan dalam merespon humor yang disajikan. Boleh jadi film ini begitu menghibur bagi audiens yang sudah menikah, atau pernah menikah. Lantas garing bagi audiens yang masih asing dengan pernikahan.